Soal Makam Kuno Bendungan Keureuto, Budayawan Gayo: Tunggu Tes Karbon

Redelong - Budayawan Gayo yang juga pemerhati sejarah, Salman Yoga S, menyebutkan batu nisan yang ditemukan di area pengerjaan Bendungan Krueng Keureuto tidak seperti nisan biasa. Batu nisan yang diduga terbuat dari batu parikesit.
"Dalam kerajaan Aceh ini yang disebut tidak biasa," kata Salman Yoga kepada HabaAceh.id, Senin (21/8).
Dia menyebutkan batu nisan yang ditemukan di kompleks pemakaman kuno sekitar bendungan Krueng Keureuto tidak memuat inskripsi. Padahal, jika nisan-nisan yang terbuat dari bahan parikesit seperti yang ditemukan selama ini di Aceh, mengukir nama tokoh atau kalimat-kalimat lain.
Hal inilah yang membuat para peneliti kesulitan mengkaji pemilik makam secara ilmiah. Namun, dia menilai bentuk nisan di sekitar wilayah Paya Bakong Aceh Utara, dan Kampung Simpur Kecamatan Mesidah, Kabupaten Bener Meriah itu seperti kubah masjid. Dia juga melihat batu nisan yang ditemukan di lokasi proyek bendungan tersebut seragam.
"Menandakan adalah prajurit atau anggota pasukan. Namun dari masa apa, kerajaan apa, atau era apa, kita belum berani mengatakan sebelum diukur usia batu tersebut," kata Salman Yoga S.
Dia berharap masyarakat ataupun para aktivis di Gayo tidak dulu berspekulasi tentang sosok pemilik ratusan makam kuno di area bendungan Krueng Keureuto. Menurutnya analisa zaman pembuatan nisan baru dapat diketahui setelah adanya tes karbon di laboratorium.
"Artinya, spekulasi ilmiah kita mengatakan ini adalah makam prajurit dan melihat bentuknya itu adalah makam pasukan muslim. Namun dari masa mana, kerajaan mana, dan tahun berapa, itu belum berani kita pastikan," lanjut Salman Yoga.
Salman berharap peneliti dari Balai Arkeologi (Balar) Medan ikut turun tangan meneliti temuan ratusan nisan di area proyek Bendungan Krueng Keureuto. Selain itu, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah Aceh diharap bertanggung jawab terhadap seluruh nisan yang sudah dan belum dipindahkan di area pengerjaan bendungan.
Salman berharap rekan-rekan aktivis yang turut mempertahankan area makam kuno tidak berspekulasi tanpa bukti ilmiah. "Tes karbon batu nisan membutuhkan rentang waktu, dan berdasarkan (hasil tes karbon) itu, baru dapat diketahui tahun berapa dan makam kerajaan siapa dalam ekspansi apa," tandas Salman Yoga S.
Komentar